Masalah teritorial Republik Demokratik Azerbaijan

Seperti negara lainnya di Kaukasus, tahun-tahun eksistensi awal Republik Demokratik Azerbaijan diganggu oleh permasalahan teritorial. Azerbaijan memiliki permasalahan teritorial dengan Republik Demokratik Armenia mengenai wilayah Nakhchivan, Nagorno-Karabakh, Zangezur (kini provinsi Armenia yang disebut Syunik), dan Qazakh. Azerbaijan juga bermasalah dengan Republik Demokratik Georgia mengenai wilayah Balakan, Zaqatala, dan Qakh. Republik Demokratik Azerbaijan juga mengklaim daerah Derbent milik Republik Kaukasus Utara Bergunung, tetapi mereka tidak segigih permasalahan teritorialnya dengan Armenia dan Georgia.

Perang Armenia-Azerbaijan

Kota Baku menjadi ibukota Republik Demokratik Azerbaijan hanya pada September 1918 (sampai saat itu, pemerintah nasional Azerbaijan terlebih dahulu di Tblisi, lalu di Ganja); sebelumnya, kota ini dikuasai oleh berbagai golongan yang berbeda. Pada saat Revolusi Oktober, pemerintah Soviet lokal didirikan di Baku: yang disebut komune Baku (November 1917 - 31 Juli 1918).Komune dibentuk oleh 85 revolusionaris sosial dan revolusionalis sosial kiri, 48 Bolshevik, 36 Dashnak, 18 Musavatis dan 13 Menshevik. Stepan Shaumyan, seorang Bolshevik, dan Prokopius Dzhaparidze, seorang revolusionalis sosial kiri, dipilih sebagai kepala Dewan Komisioner Rakyat Komune Baku. Soviet Baku kala itu bermasalah dengan munculnya Federasi Transkaukasia dan mendukung pemerintah Bolshevik di kebanyakan bidang, kecuali perjanjian perdamaian dengan Kesultanan Utsmaniyah. Gencatan senjata yang tidak nyaman wujud di antara beberapa faksi yang berbeda, sampai Persetujuan Brest-Litovsk membongkar kelemahan koalisi.

Pada Maret 1918, ketegangan hubungan etnis dan religius bertambah dan konflik Armenia-Azerbaijan di Baku dimulai. Parti Musavat dan Ittihad dituduh memiliki paham Pan-Turkisme oleh kaum Bolshevik dan sekutunya. Milisi Armenia dan Muslim mulai ikut dalam konfrontasi bersenjata, dengan kaum Bolshevik yang netral mendukung Armenia. Semua kelompok politik non-Azerbaijan di kota bergabung dengan Bolshevik melawan kaum Muslim: Bolshevik, Dashnak, Revolusionaris Sosial, Mensheviks, dan bahkan Kadet yang anti-bolshevik berada pada sisi yang sama kerana mereka semua bertempur "untuk Rusia". kerana menyamakan Azerbaijan dengan Turki Utsmaniyah, Dashnaks melakukan pembantaian di kota-kota Azerbaijan untuk membalas genosida Armenia di Kesultanan Utsmaniyah.[24] [25] Akibatnya, sekitar 3.000 dan 12.000 Muslim terbunuh, yang kini disebut Hari-hari Maret.[26][27][28][29] Orang-orang Muslim diusir dari Baku, atau dipenjarakan. Pada saat yang sama, komune Baku ikut serta dalam pertempuran berat dengan pasukan Kaukasia Utsmaniyah Islam di sekitar Ganja. Pertempuran utama terjadi di Yevlakh dan Agdash, tempat Turki berbalik dan ditaklukan oleh pasukan Dashnak dan Rusia.[30]

Pada musim panas tahun 1918, Dashnak, bersama dengan kaum revolusioner sosialis dan Menshevik, mengusir kaum Bolshevik, yang menolak untuk meminta bantuan Britania Raya, dan mendirikan Kediktatoran Kaspia Sentro (1 Agustus 1918 - 15 September 1918). Kediktatoran Kaspia Sentro didukung oleh Britania Raya yang mengirim pasukan ekspedisi ke Baku untuk menolong Armenia dan Menshevik.26 Komisaris Baku komune Soviet yang melarikan diri dari kudeta ditangkap oleh tentara Britania di Turkmenistan dan dieksekusi oleh pasukan penembak. Tujuan pasukan Britania (dipimpin oleh Mayor Jendral Lionel Dunsterville, yang tiba dari Enzeli, Kekaisaran Persia, di kepala 1.000 pasukan elit yang kuat) adalah untuk menguasai ladang minyak di Baku sebelum pasukan Turki (Angkatan Bersenjata Islam), dipimpin Enver Pasha yang sedang bergerak, atau pasukan Jerman Kaiser (yang ada di Georgia) dan untuk menghentikan konsolidasi Bolshevik di Kaukasus dan Asia Tengah.

kerana tidak mampu melawan pasukan Turki yang maju selama Pertempuran Baku, Dunsterville memerintahkan evakuasi kota pada tanggal 14 September, setelah enam minggu pendudukan, dan mundur ke Iran; kebanyakan populasi Armenia melarikan diri dengan pasukan Britania. Angkatan Bersenjata Islam Utsmaniyah dan sekutu Azerbaijannya, dipimpin oleh Nuri Pasha, memasuki Baku pada tanggal 15 September dan membantai sekitar 10.000 - 20.000 orang Armenia sebagai pembalasan pembantaian Muslim pada saat Hari-Hari Maret. [28] [31] [25] Ibukota Republik Demokratik Azerbaijan dipindah dari Ganja ke Baku. Namun, setelah Gencatan Senjata Mudros antara Britania Raya dan Turki tanggal 30 Oktober, tentara Turki diganti oleh Sekutu Perang Dunia I. Jendral Britania, W. Thomson, mengangkat dirinya sebagai gubernur militer Baku, 5.000 tentara negara persemakmuran tiba di Baku tanggal 17 November 1918. Jendral Thomson memerintahkan untuk menetapkan darurat militer di Baku.

Pertempuran untuk eksistensi

Republik Demokratik Azerbaijan berada pada posisi yang sulit, dikelim dari utara oleh pasukan Denikin yang maju, Iran yang tidak bersahabat di selatan; pemerintah Britania Raya tidak bermusuhan, tetapi acuh terhadap usaha kaum Muslim. Jendral Thomson tidak mengakui republik ini [32], tetapi bekerja sama secara erat dengan republik ini[32]. Pada tanggal 25 April 1919, protes yang dilaksanakan oleh pekerja Talysh yang pro-Bolshevik terjadi di Lankaran dan memberhentikan pemerintahan teritorial Mughan, kediktatoran militer yang dipimpin oleh kolonel Rusia, Sukhorukov. Pada 15 Mei, kongres "Dewan Pekerja' dan Wakil Petani" distrik Lankaran memproklamasikan Republik Mughan Soviet. Pada pertengahan tahun 1919, situasi di Azerbaijan sedikit lebih stabil, dan pasukan Britania Raya meninggalkan Azerbaijan pada tanggal 19 Agustus 1919.

Hal ini menyebabkan Republik Demokratik Azerbaijan mengikuti kebijakan netral terhadap Perang Saudara Rusia. Pada 16 Juni 1919, Republik Demokratik Azerbaijan dan Georgia menandatangani pakta pertahanan melawan tentara Putih pimpinan Jendral Anton Denikin yang mengancam akan menyerang pada perbatasan mereka. Denikin membuat pakta militer rahasia dengan Armenia. Republik Armenia dengan pasukannya membentuk korps ke-7 pasukan Denikin dan mendapat dukungan militer dari Gerakan Putih. Fakta ini menyebabkan meningkatnya ketegangan hubungan antara Republik Demokratik Azerbaijan dengan Armenia. Namun, perang tidak pernah terjadi kerana pada Januari 1920, tentara Denikin seluruhnya ditaklukan oleh tentara Merah XI, yang nantinya mulai menaruh pasukannya di perbatasan Azerbaijan.

Armenia dan Azerbaijan mulai terlibat dalam pertempuran di Karabakh untuk beberapa wilayah pada tahun 1919. Intensitas pertempuran meningkat pada Februari 1920, dan darurat militer diberlakukan di Karabakh, yang dipaksakan oleh tentara Nasional yang baru dibentuk, dipimpin oleh jendral Samedbey Mehmandarov.

Rujukan

WikiPedia: Republik Demokratik Azerbaijan http://www.argo.net.au/andre/captain_judge.htm http://en.apa.az/news.php?id=148210 http://www.mfa.gov.az/eng/armenian_aggresion/legal... http://www.all-of-azerbaijan.com/azerbaijandemocra... http://www.azer.com/aiweb/categories/magazine/73_f... http://www.crwflags.com/fotw/flags/az%7Dmus.html http://www.zerbaijan.com/azeri/svante_cornell.html http://www.zerbaijan.com/azgenerals.htm http://www.avesta.org/ka/yt13sbe.htm http://www.cac-biodiversity.org/aze/aze_history.ht...